Pada awal tahun 1942, wilayah Papua mulai menjadi medan konflik antara dua kekuatan besar dunia — Tentara Kekaisaran Jepang dan tentara Sekutu yang dipimpin Belanda dan kemudian dibantu oleh Amerika Serikat dan Australia. Papua menjadi target penting karena letaknya yang strategis di jalur Pasifik Selatan.
Kampung Dembek, yang terletak di wilayah pesisir selatan Manokwari (Distrik Momi Waren), menjadi salah satu lokasi penting dalam pergerakan militer di pesisir utara Pulau Papua. Menurut kisah turun-temurun dari tetua kampung, pasukan Jepang mendarat dan membangun pertahanan di wilayah pesisir, termasuk sekitar Kampung Dembek, untuk menghalau serangan balik dari pasukan Sekutu yang akan datang dari arah Samudera Pasifik.
1. Pendaratan dan Pendudukan
Pasukan Jepang diperkirakan mendarat di wilayah sekitar Teluk Cendrawasih dan bergerak ke arah selatan. Mereka mendirikan pos-pos militer dan memanfaatkan letak geografis Kampung Dembek yang tersembunyi, dikelilingi hutan dan bukit, untuk membangun bunker perlindungan dan parit pertahanan. Beberapa warga kampung saat itu dipaksa untuk membantu membangun fasilitas militer seperti jalur jalan tanah dan tempat penyimpanan logistik.
Sementara itu, pasukan Belanda yang sebelumnya menguasai wilayah ini, mundur ke pedalaman dan sebagian bergabung dengan pasukan Sekutu di daerah pegunungan dan hutan lebat.
2. Warga Mengungsi dan Bertahan
Kehadiran tentara asing dan pertempuran membuat situasi mencekam. Warga Kampung Dembek terpaksa meninggalkan rumah mereka dan mengungsi ke dalam hutan dan pegunungan, membawa anak-anak dan barang seadanya. Beberapa warga hidup dalam persembunyian berbulan-bulan, mengandalkan makanan dari alam, seperti ubi hutan, daun, dan hasil tangkapan sungai.
Para tetua kampung masih menyimpan kisah tentang suara tembakan senapan, dentuman meriam, dan pesawat yang melintas di atas langit Dembek. Beberapa keluarga bahkan kehilangan anggota keluarganya karena terkena ledakan atau peluru nyasar.
3. Pertempuran dan Kerusakan
Pertempuran antara pasukan Jepang dan Belanda (yang kemudian dibantu Sekutu) berlangsung selama beberapa waktu. Meski tidak sebesar pertempuran di Biak atau Hollandia (Jayapura), namun Kampung Dembek menjadi titik strategis dan mengalami kerusakan akibat perang. Beberapa rumah adat terbakar, kebun rusak, dan lingkungan alam terganggu.
Hingga kini, masyarakat masih mengenang tempat-tempat yang dulunya menjadi lokasi bunker Jepang atau pos jaga Belanda, dan beberapa barang-barang sisa perang seperti peluru karat, helm tua, dan alat militer lainnya terkadang masih ditemukan di tanah saat berkebun.
4. Akhir Pendudukan
Setelah Sekutu mulai menguasai wilayah Papua kembali pada tahun 1944, tentara Jepang perlahan mundur dan meninggalkan kampung-kampung pesisir, termasuk Dembek. Penduduk mulai kembali ke kampung dan membangun kembali kehidupan dari awal. Bekas perang yang ditinggalkan menjadi bagian dari ingatan kolektif masyarakat Dembek hingga kini.
Warisan Sejarah
Jejak Perang Dunia II di Kampung Dembek kini menjadi bagian penting dari identitas sejarah kampung. Para tetua kampung masih menceritakan kisah ini kepada generasi muda, agar mereka mengetahui bahwa kampung kecil mereka pernah menjadi saksi dari perang global.
Ada potensi besar untuk mendokumentasikan dan melestarikan situs-situs ini sebagai cagar budaya lokal atau bahkan tujuan wisata sejarah, yang bisa membawa manfaat ekonomi dan pendidikan bagi generasi masa depan.